Momentum hari hero ini menjadi peneguh kepada kita semua untuk terus berbuat yang baik terutama dalam membela kebenaran meskipun pahit. |
Hampir semua hari nasional yang diperingati, tetap memunyai objek pelaku dari hari tersebut. Hari guru misalnya, tentu diperingati dengan antusias oleh para guru. Hari ibu, oleh para ibu, hari santri yang gres saja ditetapkan oleh pemerintah tentu disambut besar hati oleh para santri. Bagaimana dengan hari pahlawan? Mungkin ketika ini masih ada para veteran yang mencicipi pribadi usaha bangsa ini melawan penjajah dahulu, tetapi bagaimana 10 tahun ke depan, ketika tidak ada lagi para veteran kemerdekaan tersebut.
Banyak yang berusaha menyetujui pengertian hero sebagai orang yang menonjol alasannya yaitu keberanian dan pengorbanan membela kebenaran. Beberapa station TV pun menggelar perhelatan dalam mencari pahlawan-pahlawan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Muncullah hero lingkungan, hero demokrasi, hero pembangunan, dan lain sebagainya. Ada pula profesi yang semenjak dulu digelari hero tanpa tanda jasa, yakni guru. Dulu, disaat guru masih memeroleh honor pas-pasan, kendaraan yang dipakainya hanya sepeda dengan jarak yang harus ditempuhnya cukup jauh, di sekolah menulis di papan tulis menggunakan kapur, tapi semangat tetap tinggi, dan menjadi contoh siswanya dan masyarakat. Indikator tersebut yang penuh dengan penderitaan, tampaknya pas menerima julukan hero tanpa tanda jasa tadi. Tapi, bagaimana dengan sekarang? Disaat honor sudah tidak mengecewakan tinggi, kendaraan roda empat, spidol dan In Focus di kelas, tapi semangat sebagian dari guru rendah, dan sebagian tak lagi menjadi teladan. Apakah masih layak menerima predikat hero tanpa tanda jasa dengan indikator yang tak lagi ada penderitaan?
Sejatinya, hero harus selalu ada. Sejatinya semua kita harus menjadi pahlawan. Bukan hero hasil pilihan dan polling pemirsa TV, bukan pula hero hasil pencalonan seseorang, tetapi hero yang selalu rela berkorban demi kebenaran meski tanpa diketahui orang lain atau tanpa liputan media. Apapun dan siapapun kita, harus mengedepankan kebenaran, bahkan memperjuangkannya. Berat memang, namun itulah tantangan menjadi seorang pahlawan. Seperti halnya para hero kemerdekaan kita, tentu tak ada niat sedikitpun menginginkan gelar hero disematkan pada mereka. Niatnya cuma satu, merdeka atau mati. Bahkan, tentu jauh lebih banyak lagi hero tak dikenal yang rela mati demi kemerdekaan dibandingkan yang kita ketahui namanya ketika ini.
Baca juga: Guru Bekerja dalam Diam
Hari hero tetap harus diperingati bangsa ini, meskipun tak ada lagi para pejuang kemerdekaan kita yang hidup. Peringatan tak sekadar seremonial upacara belaka, tetapi harus menjadi cemeti buat kita yang masih unjuk kebolehan dalam kepongahan dan pencitraan. Jadilah hero pada setiap profesi yang kita geluti. Sebagai pemimpin harus menjadi teladan, membantu yang lemah dan tertindas, serta tidak angkuh. Guru harus sanggup digugu dan ditiru serta tetap istiqamah dan ikhlash dalam menjalankan tugas. Profesi yang lainnya tentu memunyai kriteria atau indikator sehingga dan menjadi berkinerja baik. Momentum hari hero ini tentu menjadi peneguh kepada kita semua untuk terus berbuat yang baik terutama dalam membela kebenaran meskipun pahit. Selamat Hari Pahlawan kepada semua hero yang dikenal maupun tidak, yang telah tiada maupun yang masih hidup, yang hero pejuang maupun hero kebenaran.
*) Ditulis oleh Muh. Syukur Salman. Guru SD 71 Parepare
Advertisement